Peningkatan Literasi dan Implementasi Kurikulum Merdeka, Bupati Bima Terima Kunjungan Pemkab Probolinggo

Iklan Semua Halaman

.

Peningkatan Literasi dan Implementasi Kurikulum Merdeka, Bupati Bima Terima Kunjungan Pemkab Probolinggo

Jumat, 16 Desember 2022

Hj. Indah Djamayanti Putri, SEE
Bupati Bima. 

Kabupaten Bima, Fajar Media. Com, - Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Tim INOVASI Jawa Timur melakukan kunjungan ke Pemerintah Kabupaten Bima. Kunjungan dimaksudkan untuk berbagi praktek baik peningkatan literasi dan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Kabupaten Bima.


Rombongan yang dipimpin oleh Wakil Bupati Probolinggo, Drs. H. Ahmad Timbul Prihanjoko didampingi Kepala Perangkat Daerah Kabupaten Probolinggo diantaranya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Fathur Razi, M.Phil, Kepala Bapelitbang, Santiyono, SE.,MM, Kadis Kominfo sekaligus Plt. Kepala Perpustakaan dan Kearsipan, Yulius Chistin, S.IP.,MM Kepala Dinas PMD, Edy Suryanto, Kadis Kesehatan dr. Shodik Tjahyono, M.Kes, Kadis PUPR, Hengky Cahyo Saputro, Kadis Perumahan dan Permukinan, Umar Syarif, Kabag Organisasi, Anna Maria Dwi S diterima Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE dan Wakil Bupati Bima, Drs. H. Dahlan M. Noer di Kantor Bupati Bima, Kamis (15/12/2022) siang.




Mengawali sambutannya, Bupati Bima atas nama pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Bima menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kehormatan menerima jajaran Pemkab Probolinggo dan Tim INOVASI Jawa Timur  untuk berbagi pengalaman tentang praktik baik peningkatan literasi dan Implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Bima.  


“Tentu ini merupakan kebanggaan dan kesempatan yang sangat baik bagi kami untuk bertukar pikiran terkait bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan sebagai salah satu pilar penting visi membangun Kabupaten Bima yang RAMAH, “ urai Bupati Bima.


Lanjut Umi Dinda sapaan akrab Bupati Bima, berkaitan dengan gerakan literasi, Pemerintah Kabupaten Bima terus memperkuat komunikasi dan kolaborasi dengan semua pihak untuk meningkatkan capaian literasi yang menjadi mandat Peraturan Bupati No. 11 Tahun 2019 tentang Gerakan Literasi Kabupaten Bima. Salah satunya melalui kolaborasi dengan INOVASI dan LPTK. 


Kolaborasi ini diawali dengan rembuk pendidikan yang melibatkan semua OPD terkait, diantaranya Bappeda dan Litbang, Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga (Dikbudpora), Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinas PMD), Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, Dinas Kominfo dan Statistik, Dinas Sosial, termasuk juga Kementerian Agama Kabupaten Bima, LPTK serta CSO. 


Melalui proses rembuk pendidikan, Pemerintah terus menggali penyebab rendahnya kemampuan literasi siswa di Kab. Bima. Melalui Program Gerakan Masyarakat Sadar (GEMAR) Literasi Kabupaten Bima melakukan uji coba sulosinya di 25 SD/Mi sebagai pilot project implementasi Metode Pembelajaran berbasis level kemampuan siswa atau Teaching at the Right Level (TaRL).


Hasilnya sangat menggembirakan, yaitu sebanyak 83,44 % anak-anak mengalami peningkatan kemampuan membaca. Dengan capaian tersebut, pemerintah melalui Dinas Dikbudpora Kab. Bima mereplikasi solusi tersebut kepada semua SD/MI di Kabupaten Bima secara bertahap, dan sekarang sebagian besar telah mengadopsinya.


Dijelaskannya, solusi tersebut sejalan dangan kurikulum merdeka yang dilaunching oleh kemendikbud, sehingga kami bersama Inovasi, BPMP, LPTK dan pihak terkait lainnya melakukan adaptasi untuk mengintegrasikan ke dalam kerangka kurikulum merdeka.


“Mudah-mudah ini akan membawa perubahan yang lebih lagi untuk pendidikan di kabupaten bima serta menjadi momentum baik untuk saling berbagi pembelajaran terutama terkait peningkatan kualitas pendidikan, “ harap Umi Dinda.


Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kab. Bima, Raany Wahyuni yang turut mendampingi Bupati Bima menjelaskan, hasil pemantauan ujicoba IKM di Kabupaten Bima yang dilaksanakan Tim Monitoring IKM kab. Bima pada akhir semester ganjil (Bulan November). 


Pendekatan atau Metode pemantauan adalah observasi pada 24 kelas di 6 sekolah, refleksi terhadap 100 guru dan refleksi 25 kepala sekolah. Wawancara terhadap 24 Siswa, 24 Guru dan 6 Kepala Sekolah/Kepala Madrasah yang ditindaklanjuti dengan Focus Group Discussion (FGD) bagi 6 pengawas dan 12 Fasilitator Daerah (Fasda). Selanjutnya, diskusi stakeholder dengan melibatkan Bappeda dan Litbang, Dinas Dikbudpora, Kemenag, LPTK, BPMP serta INOVASI.  


Fokus area monitoring IKM yang dilaksanakan oleh tim pemantau adalah prinsip utama Kurikulum Merdeka yakni Asesmen Diagnostik dan Pembelajaran Berdiferensiasi. Selanjutnya, IKM dan manfaat yang dirasakan peserta didik serta program penguatan literasi sekolah/madrasah berbasis data.


Berdasarkan hasil pantuan, secara umum siswa mulai merasa senang dan gembira mengikuti proses belajar. Meskipun dikelompokkan, mereka tidak merasa dibedakan dalam menerima pembelajaran. Namun, masih ada juga siswa yang belum merasakan perubahan.


Lanjutnya, siswa menunjukkan peningkatan level kemampuan membacanya setelah dilakukan asesmen berkala. Namun, tidak semua siswa yang lancar membaca telah mampu memahami bacaan. Beberapa kegiatan belajar mulai memperlihatkan praktik pembelajaran yang baik, kreatif, serius, fokus, dan menunjukkan indikasi pembelajaran yang berdiferensiasi. Namun, masih ada siswa yang kesulitan memahami instruksi guru.


Asesmen diagnostik sudah dilakukan semua guru kelas 1-4 di sekolah sasaran (sampel monitoring) dan data hasil asesmen sudah dimiliki semua sekolah. Namun, masih terdapat variasi pemahaman dan keterampilan guru tentang penentuan level kemampuan. Disamping itu, terdapat variasi penerapan alat asesmen, sebagian memulai dari TaRL cerita dan ada yang langsung menggunakan alat dari PMM. Hal ini berbeda dengan pedoman dalam pelatihan. 


Guru melakukan ini dengan pertimbangan telah memiliki level kemampuan siswanya sehingga mengetahui titik awal asesmen yang sesuai.


“Temuan lain dari hasi pemantuan adalah terdapat variasi penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan modul ajar. Masih ada yang menunjukkan praktik pembelajaran yang mekanik (terlalu terfokus pada langkah standar), kurang/tidak kreatif, hanya mengikuti langkah langkah tanpa memahami alasan mendasar pada langkah-langkah yang dilakukan, “ terang Raani Wahyuni.


Disamping itu, masih ada guru yang belum mampu menentukan level kemampuan siswa karena belum mampu mengoneksikan TaRL dan IKM. Ada pula guru yang  masih memerlukan penjelasan apakah pengelompokkan terjadi di dalam kelas atau lintas kelas, terangnya.


“Hal yang patut dibanggakan adalah soliditas antar stakeholder dan aktor-aktor kunci mulai terlihat. Tantangannya adalah bagaimana kita semua memastikan keberlanjutannya, “ tutup Raani Wahyuni. (Red)