*Reboisasi Hutan Bima Dengan Pohon Penghasil Uang*

Iklan Semua Halaman

.

*Reboisasi Hutan Bima Dengan Pohon Penghasil Uang*

Senin, 31 Oktober 2022

Rahamtullaila, SST. M.Si.
Penulis

Nusa Tenggara Barat, Fajar Media, - Memasuki Bulan Oktober 2022, di beberapa wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat sudah mulai turun hujan, tidak ketinggalan di sebagian besar wilayah Kabupaten dan Kota Bima juga sudah mulai di guyur hujan.


Turunnya hujan biasanya dibarengi dengan aktivitas petani yang mulai menggarap ladang dan hutan untuk penanaman jagung. Para petani ini merupakan petani lahan kering karena menggantungkan usahataninya pada curah hujan.


Sektor pertanian dihadapkan pada masalah konversi lahan pertanian menjadi non pertanian dan konversi hutan menjadi lahan pertanian. Di Kabupaten Bima sudah lazim kita temui para petani melakukan penanaman padi atau jagung di lahan kering tegalan hingga merambah hutan.


Banyak lahan – lahan hutan dengan elevasi kemiringan yang sangat curam yang seharunya menjadi hutan lindung namun dialih fungsikan menjadi lahan jagung. Alih fungsi lahan menyebabkan banyak lahan kritis. Luas lahan kritis di Provinsi NTB mencapai 577.344,21 Ha atau sekitar 29% dari luas wilayahnya.


Lahan kritis yang dimaksud yaitu lahan kritis yang terdapat di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Lahan kritis paling luas terdapat di Kabupaten Bima yaitu 161.120,5 Ha. (Sumber: Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKLHD) Provinsi NTB Tahun 2017). Praktek alih fungsi lahan ini pernah membawa bencana besar yaitu banjir bandang di Tahun 2016.


Menghadapi permasalahan ini dengan alih fungsi lahan dan bahaya banjir yang mengancam di setiap hadirnya masim hujan, mau tidak mau langkah reboisasi harus segera menjadi prioritas pemerintah maupun masyarakat.


Penanganan yang tidak tepat terhadap lahan kering dan hutan gundul akan mengakibatkan bencana yang lebih besar lagi dimana Kabupaten Bima yang dikelilingi oleh perairan laut ke depannya akan membawa dampak salinitas lahan atau lahan tidak akan mampu menumbuhkan tanaman lagi akibat dari kadar garam tanah yang meningkat akibat kering dan penguapan air laut.


Upaya reboisasi hutan dan lahan alih fungsi selalu di bentrokkan dengan kebutuhan petani untuk lahan pertanian, alasan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari menjadi hambatan besar dalam melakukan reboisasi hutan dan gunung yang gundul, sehingga lahan – lahan tersebut masih terus ditanami tanaman pangan semusim seperti jagung bukannya pohon untuk penghijauan.


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) di daerah yang memiliki tugas dan fungsi melakukan pengkajian teknologi sepesifik lokasi untuk wilayah NTB. Telah banyak inovasi teknologi spesifik lokasi yang dikaji dan disebar luaskan kepada petani pengguna di seluruh NTB.


Pada 10 tahun terakhir BPTP NTB telah banyak melakukan pengkajian yang bekerja sama dengan Peneliti Pertanian dari Australia mengenai tanaman pakan Lamtoro yang tahan kering dan memiliki kandungan protein tinggi untuk pakan sapi.


Lamtoro taramba merupakan legum pohon untuk pakan ternak yang bernutrisi tinggi selain itu juga bisa menjadi tanaman konservasi karena perakarannya yang cukup dalam, bagus untuk mengikat air, menyuburkan tanah, mengurangi efek rumah kaca dan menciptakan iklim mikro di sekitar lokasi tanaman. Meski musim kemarau tanaman ini akan tetap hijau dan menghasilkan produksi biomasa yang cukup tinggi. Ujarnya. (RED).